Definis
Skeptis
"skeptis"
berasal dari bahasa Yunani, skepsis, yang berarti pemeriksaan,
penyelidikan, pertimbangan. "skeptis"
sebenarnya mencakup berbagai sikap dan posisi. Skeptis diterapkan pada anggota
Akademi Plato selama periode skeptis (273 SM sampai abad ke-1 SM) atau pengikut
Pyrrho
(365-270 SM)[1].
Skeptisime adalah sebuah
paham yang mengungkapkan “tidak ada yang bisa kita ketahui”, “tidak ada yang
pasti”, “ragu-ragu”. Skeptis juga bisa dianggap sebagai sebuah sifat. Sifat
skeptis artinya sifat meragukan sesuatu. Sulit
menerima dengan mudah apa yang ada. Selalu meragukan sesuatu jika tidak
ada bukti yang jelas[2].
Dan inilah beberapa tokoh dalam Skeptisme atau orang-orang yang menganut aliran
skiptis.
Secara
umum skeptis adalah paham yang mengungkapkan bahwa manusia bisa sampai pada
pengetahuan namum manusia tidak akan pernah sampai pada sebuah kepastian. Bisa
dikatakan bahwa skeptis meragukan tentang cera mengetahui manusia dan pengetahuan
itu tidak akan pernah sampai kepada sebuah kepastian, adanya kepastian
pengetahuan diragukan oleh orang-orang yang skeptis.
1. Protagoras
1.1.Riwayat
hidup
Protagoras lahir di kota Abdera di daerah Threake
sekitar tahun 485, pada akhir hidupnya Protagoras diadili di Athena karena
kedurhakaan (absebaia) dan bukunya tentang agama dibakar di depan umum.
Protagoras juga mengarang beberapa buku namun hanya beberapa fargmen yang masih
tersisa.
1.2.Ajaran
tentang pengenalan
Protagoras beranggapan bahwa manusia adalah ukuran
untuk segala-galanya, untuk hal-hal yang ada mereka ada dan untuk hal-hal yang
tidak ada mereka tidak ada. Pendirian ini termasuk relativisme dimana kebenaran tergantung
dari manusia. Misalkan saja angin yang sama bisa dirasakan berbeda antara oarng
yang satu dan orang yang lain, orang yang satu merasa angin menyegarkan karena
ia sehat sedang orang yang lain merasakan angin yang dingin karena ia sendang sakit. Kedua pernyataan ini sama-sama benar
tergantung dari orang yang merasakan. Oleh karena itu kebenaran dianggap relatif.
1.3.Seni
berdebat
Protagoras membuat pernyataan “tentang semua hal
terdapat dua pendirian yang bertentangan” harus dibuktikan bahwa suatu
pendirian tidak lebih benar
dari kebalikannya, hal ini menjadi konsekuensi besar bagi seorang yang
berpidato. Tergantung dari kemampuannnya apakah ia berhasil meyakinkan para
pendengarnya mengenai
suatu kebenaran. Oleh karena itu perlu suatu latihan agar orang mampu membuat argumen yang paling lemah menjadi
argumen yang paling kuat. Sesuatu yang jahat bisa dianggap baik dan sebaliknya, oleh
karena itu seni berdebat menjadi sangat penting.
1.4.
Ajaran tentang Negara
Protagoras membuat suatu teori tentang Negara, mula-mula
manusia hidup sendiri, tetapi dalam perkembagannya mengalami banyak kesulitan.
Ia mulai berkumpul dengan manusia lain dalam satu kota namun hidup bersama juga
memiliki kesulitan oleh karena itu Protagoras mencari cara agar kesulitan itu
dapat teratasi. Pertama karena keadilan (dike) dan hormat kepada orang lain
(aidos), karena hal inilah manusia dapat hidup bersama. Ia juga menegaskan
bahwa undang-undang yang cocok untuk
suatu masyarakat belum tentu cocok untuk masyarakat yang lain.
1.5.Ajaran
tentang dewa-dewa
Pendapat Protagoras tentang dewa-dewa cendrung skeptis karena tidak mungkin dicapai suatu
kebenaran. Hal ini cocok dengan
anggapan relativitas yang dianut Protagoras dalam bidang pengenalan. Meski demikian
tetap dimungkinkan Protagoras menyimpulkan bahwa dalam hidup praksis manusia harus berpihak pada tradisi dan beribadah pada dewa-dewa
polis.
2. Gorgias
Salah
satu tokoh yang mengembangkan pemikiran Skeptis adalah Gorgias. Dalam hal ini
pemikiran yang dikembangkan adalah Skeptis. untuk itu terlebih dahulu kita
harus mengetahui siapa itu Gorgias.
Gorgias
dilahirkan di kepulauan Sicilia kira-kira tahun 483 SM[3].
Gorgias adalah seorang orator ternama ketika ia melakukan perjalanannya ke
Athena. Karena ketekunannya dalam mempelajari pemikiran filosofis tokoh-tokoh
Yunani klasik, Gorgias dikenal sebagai pribadi yang terdidik dan pandai dalam
berbicara. Gorgias disebut seperti itu sehingga mendekati cara-cara yang
dilakukan Protagoras, sebagaimana Protagoras adalah penganut paham Skeptisme
yang sangat kuat. Gorgias cukup mempengaruhi kehidupan para kaum Sophis dengan
tiga ajaranya yang terkenal yakni:
Ø Tidak
ada sesuatupun
Ø Jika
sesuatu ada, hal itu tidak dapat diajarkan
Ø Jika
sesuatu itu dapat dipikirkan, maka pengetahuan itu tidak dapat diungkapkan.
Jika dilihat dalam pemikiran
Gorgias ini maka, ketiga pandangan ini sungguh jelas berseberangan dengan Parmenides.
Gorgias sangat konsekuen dengan apa yang dia pikirkan, bahwa tidak ada sesuatupun, maka dia harus
menerima konsekuen itu dengan cara yang tragis. Mengapa pandangan Gorgias
sangat berlawanan dengan Parmenides, karena dia sendiri telah menyatakan
pandangannya itu dengan sesuatu yang tidak ada, sedangkan Parmenides mengatakan
segala sesuatu itu selalu berubah.
Dengan demikian
Gorgias sendiri bisa dikatakan tidak ada,
dan keberadaannya bersifat sangat relatif belaka. Gorgias juga menulis beberapa
buku. Gorgias menulis sebuah buku berjudul "Tentang yang Tidak
Ada atau Tentang Alam" (On Not Being or On Nature)[4].
Selain itu, ia juga menulis beberapa buku tentang retorika, yang mana hanya
beberapa fragmen yang masih tersimpan.
Setelah Gorgias mengarang karya "Tentang yang Tidak Ada
atau tentang Alam", ia meninggalkan filsafat dan menekuni retorika. Menurut Gorgias, ia tidak mengajarkan
suatu nilai tertentu. Setiap
manusia memiliki pandangan tentang nilai secara berbeda. Misalnya, apa yang
dianggap bernilai oleh laki-laki, dapat dianggap tidak bernilai bagi perempuan Karena itu, amatlah penting bagi
seorang orator untuk dapat meyakinkan orang lain tentang suatu hal, sehingga
orang lain mengikuti pendapat orator tersebut. Dengan demikian, retorika adalah seni
untuk meyakinkan orang lain. Hal
itu didukung dengan gaya bahasa tertentu, serta pentingnya mengemukakan alasan-alasan
yang tidak hanya menyentuh akal budi, tetapi juga hati pendengarnya[5].
Selain itu dalam perjalannya Gorgias juga
memiliki berapa murid. Seorang
muridnya itu bernama Isokrates.
Isokrates adalah seorang orator
ternama[6].
Isokrates adalah seorang orator
ternama. Di kemudian hari, ia
membuka suatu sekolah ilmu retorika di Athena yang menjadi saingan berat dari Akademia Plato. Gorgias merupakan seorang filsuf
yang mengajarkan pemikirannya dan mempunyai murid juga sama seperti yang lain. Gorgias
meninggal dunia sekitar tahun 375 SM
pada usia 108 tahun.[7]
3. Hippias
Hippas merupakan teman Sokrates dan berasal dari kota Elis.
Ia memiliki jasa yang besar dalam ilmu ukur. Ajarannya mengungkapkan tentang tingkah laku manusia dan
susunan masyarakat harus berdasarkan nomas (asat, kebiasaan, Undang-undang)
atau harus berdasarkan physis (kodrat) ia beranggapan bahwa kodrat menjadi dasar
kehidupan manusia. Ia beranggapan
karena banyak undang-undang
yang berkali-kali mengalami perubahan. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa
bukan undang-undang yang menentukan norma terakhir
untuk menentukan yang baik dan yang jahat. Apalagi undang-undang mengkotak-kotakkan manusia seperti penguasa, bawahan, budak dsb. Padahal menurut kodratnya manusia adalah sama derajatnya.
4. Prodikos
4.1.Riwayat Hidup
Prodikos berasal dari pulau Keos yang terletak di laut Aegea.
Ia hidup di sekitar abad ke-5 SM, dan mulai dikenal pada tahun 430 SM. Diketahui
bahwa ia berusia lebih muda dari Protagoras.
Ia pernah mendapatkan murid yang dikirim oleh Sokrates, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ia berhubungan baik dengan Sokrates.
Prodikos adalah seorang
pengajar dalam bidang etika
serta mengenai persoalan-persoalan publik lain. Ia juga menjalankan tugas
sebagai duta dari Athena.
Prodikos juga dikenal memberikan pengajaran tentang retorika
dan juga teknik orasi
kepada banyak pemuda kaya sehingga ia mendapat bayaran yang tinggi. Karena
pandangan filsafatnya yang menolak agama Yunani, Prodikos harus berurusan
dengan pemerintah setempat di Athena.
4.2.Pemikiran Prodikos
a. Pesimisme
Prodikos menganut pandangan
hidup yang pesimistis. Kematian dipandangnya sebagai jalan untuk melepaskan
diri dari kesusahan hidup manusia. Ketakutan terhadap kematian itu bertentangan
dengan akal sehat manusia.
b. Agama
Menurut Prodikos, agama
merupakan temuan manusia. Pada awalnya manusia memuja tenaga-tenaga alam
sebagai dewa, misalnya matahari, bulan, sungai, danau, pohon, dan sebagainya. Contohnya
adalah pemujaan kepada sungai Nil di Mesir. Pada tahap berikutnya, orang-orang yang menemukan
keahlian tertentu dipuja sebagai dewa. Keahlian-keahlian tersebut misalnya
pertanian, perkebunan anggur, dan pengolahan besi. Contoh dari tahap ini adalah
para dewa Yunani
seperti Demeter,
Dionysos, dan Hephaistos, yang semuanya
dikaitkan dengan keahlian-keahlian tertentu. Doa-doa yang dipanjatkan manusia
dipandangnya sebagai tindakan berlebihan.
c. Linguistik
Prodikos terkenal dalam
pemikiran linguistiknya. Ia amat menekankan ketepatan pengertian kata-kata,
bahkan terhadap kata-kata yang bersinonim. Misalnya saja, ia berargumentasi
bahwa kata "kesenangan" (pleasure) dan "kenikmatan"
(enjoyment") memiliki perbedaan makna, kendati keduanya bersinonim.
d. Etika
Prodikos menulis sebuah mitos mengenai pilihan
yang dilakukan Herkules.
Di dalam mitos tersebut Prodikos memperingatkan para pemuda terhadap kehidupan
yang hanya menginginkan kesenangan belaka, seperti pesta pora, mabuk-mabukan,
seks, dan lain-lain. Para pemuda dianjurkan untuk mengikuti Herkules yang
berjuang keras di tengah kesulitan-kesulitan hidupnya. Bagi Prodikos,
nilai-nilai lebih berharga dari kesenangan sebab memberikan kepuasan atas
kehidupan di dalam waktu yang lebih panjang.Sebagai contoh, Prodikos menyebut
reputasi yang baik dan persahabatan sebagai hasil dari memperjuangkan
nilai-nilai.
5. Kritias
5.1.Riwayat singkat
Kritias berasal
dari Athena. Ia memainkan perananan yang penting dalam politik kota itu.
5.2
Persoalan pokok
Ia beranggapan bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa
negara yang licik. Kebanyakan pelanggaran dapat diadili dengan hukum. Tetepi
selalu ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan secara tersembunyi dan tidak
diketahui oleh umum. Dari sebab itu penguasa-penguasa menemukan dewa-dewa
supaya orang percaya bahwa mereka akan membalas juga pelanggaran-pelanggaran
tersembunyi[8].
5.3
Keprihatinan
Kalau ia
beranggapan bahwa agama-agama ditemukan oleh penguasa-pengusa negara yang
licik, anggapan ini tidak jauh berbeda dengan Prodikos yang memandang agama sebagai
temuan manusia. Konsekuensinya:
Kritias menganggap agama sebagai yang relatif; karena relatif, maka tidak ada
nilai tertinggi.
5.4
Tanggapan
Kalau Kritias disebut sebagai yang
memainkan peranan penting dalam politik di kota Athena, maka tanggapan logisnya
adalah: yang ia ajarkan tidak bertentangan dengan politik negara, Atau dengan lain kata, Ia tidak
menyulitkan para pengusa negara yang hendak mendidik masyarakat untuk tidak
melakukan pelanggaran-pelanggaran, sekali pun pelanggaran-pelanggaran yang
tidak diketahui oleh umum, yaitu mengenalkan bahwa dewa-dewa akan membalas
pelanggaran-pelanggaran tersembunyi. Dengan demikian, Kritias telah membawa
perubahan dan pengaruh dalam kehidupan zamannya.
5.5
Pokok-pokok pemikiran
Agama ditemukan oleh penguasa-penguasa negara.
Daftar Pustaka
K. Bertens.
1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
Mulyanto,CB.,
Diktat
Filsafat yunani, universitas Sanata Dharma, Fakultas Teologi
Sumber internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Gorgias#Pengaruh diakses pada tanggal 27 Oktober 2012
http://www.filsafatilmu.com/artikel/artikel-filsafat-ilmu/skeptisisme-dalam-ilmu
diunduh pada tanggal 27 Oktober 2012
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.iep.utm.edu/skepanci/
diunduh pada tanggal 2 November 2012
[1]
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.iep.utm.edu/skepanci/
diunduh pada tanggal 2 November 2012
[2] http://www.filsafatilmu.com/artikel/artikel-filsafat-ilmu/skeptisisme-dalam-ilmu
diunduh pada tanggal 27 Oktober 2012
[8]
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Kanisius, Yogyakarta 1994, 76.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar