Jumat, 07 Desember 2012

Pandangan Skeptis



Definis Skeptis
"skeptis" berasal dari bahasa Yunani, skepsis, yang berarti pemeriksaan, penyelidikan, pertimbangan. "skeptis" sebenarnya mencakup berbagai sikap dan posisi. Skeptis diterapkan pada anggota Akademi Plato selama periode skeptis (273 SM sampai abad ke-1 SM) atau pengikut Pyrrho (365-270 SM)[1]. Skeptisime adalah sebuah paham yang mengungkapkan “tidak ada yang bisa kita ketahui”, “tidak ada yang pasti”, “ragu-ragu”. Skeptis juga bisa dianggap sebagai sebuah sifat. Sifat skeptis artinya sifat meragukan sesuatu. Sulit  menerima dengan mudah apa yang ada. Selalu meragukan sesuatu jika tidak ada bukti yang jelas[2]. Dan inilah beberapa tokoh dalam Skeptisme atau orang-orang yang menganut aliran skiptis.
Secara umum skeptis adalah paham yang mengungkapkan bahwa manusia bisa sampai pada pengetahuan namum manusia tidak akan pernah sampai pada sebuah kepastian. Bisa dikatakan bahwa skeptis meragukan tentang cera mengetahui manusia dan pengetahuan itu tidak akan pernah sampai kepada sebuah kepastian, adanya kepastian pengetahuan diragukan oleh orang-orang yang skeptis.

1.    Protagoras
1.1.Riwayat hidup
Protagoras lahir di kota Abdera di daerah Threake sekitar tahun 485, pada akhir hidupnya Protagoras diadili di Athena karena kedurhakaan (absebaia) dan bukunya tentang agama dibakar di depan umum. Protagoras juga mengarang beberapa buku namun hanya beberapa fargmen yang masih tersisa.

1.2.Ajaran tentang pengenalan
Protagoras beranggapan bahwa manusia adalah ukuran untuk segala-galanya, untuk hal-hal yang ada mereka ada dan untuk hal-hal yang tidak ada mereka tidak ada. Pendirian ini termasuk relativisme dimana kebenaran tergantung dari manusia. Misalkan saja angin yang sama bisa dirasakan berbeda antara oarng yang satu dan orang yang lain, orang yang satu merasa angin menyegarkan karena ia sehat sedang orang yang lain merasakan angin yang dingin karena ia sendang sakit. Kedua pernyataan ini sama-sama benar tergantung dari orang yang merasakan. Oleh karena itu kebenaran dianggap relatif.


1.3.Seni berdebat
Protagoras membuat pernyataan “tentang semua hal terdapat dua pendirian yang bertentangan” harus dibuktikan bahwa suatu pendirian tidak lebih benar dari kebalikannya, hal ini menjadi konsekuensi besar bagi seorang yang berpidato. Tergantung dari kemampuannnya apakah ia berhasil meyakinkan para pendengarnya mengenai suatu kebenaran. Oleh karena itu perlu suatu latihan agar orang mampu membuat argumen yang paling lemah menjadi argumen yang paling kuat. Sesuatu yang jahat bisa dianggap baik dan sebaliknya, oleh karena itu seni berdebat menjadi sangat penting.

1.4. Ajaran tentang Negara
Protagoras membuat suatu teori tentang Negara, mula-mula manusia hidup sendiri, tetapi dalam perkembagannya mengalami banyak kesulitan. Ia mulai berkumpul dengan manusia lain dalam satu kota namun hidup bersama juga memiliki kesulitan oleh karena itu Protagoras mencari cara agar kesulitan itu dapat teratasi. Pertama karena keadilan (dike) dan hormat kepada orang lain (aidos), karena hal inilah manusia dapat hidup bersama. Ia juga menegaskan bahwa undang-undang yang  cocok untuk suatu masyarakat belum tentu cocok untuk masyarakat yang lain.

1.5.Ajaran tentang dewa-dewa
Pendapat Protagoras tentang dewa-dewa cendrung skeptis karena tidak mungkin dicapai suatu kebenaran. Hal ini cocok dengan anggapan relativitas yang dianut Protagoras dalam bidang pengenalan. Meski demikian tetap dimungkinkan Protagoras menyimpulkan bahwa dalam hidup praksis manusia harus berpihak pada tradisi dan beribadah pada dewa-dewa polis.

2.    Gorgias
Salah satu tokoh yang mengembangkan pemikiran Skeptis adalah Gorgias. Dalam hal ini pemikiran yang dikembangkan adalah Skeptis. untuk itu terlebih dahulu kita harus  mengetahui siapa itu Gorgias.
Gorgias dilahirkan di kepulauan Sicilia kira-kira tahun 483 SM[3]. Gorgias adalah seorang orator ternama ketika ia melakukan perjalanannya ke Athena. Karena ketekunannya dalam mempelajari pemikiran filosofis tokoh-tokoh Yunani klasik, Gorgias dikenal sebagai pribadi yang terdidik dan pandai dalam berbicara. Gorgias disebut seperti itu sehingga mendekati cara-cara yang dilakukan Protagoras, sebagaimana Protagoras adalah penganut paham Skeptisme yang sangat kuat. Gorgias cukup mempengaruhi kehidupan para kaum Sophis dengan tiga ajaranya yang terkenal yakni:
Ø  Tidak ada sesuatupun
Ø  Jika sesuatu ada, hal itu tidak dapat diajarkan
Ø  Jika sesuatu itu dapat dipikirkan, maka pengetahuan itu tidak dapat diungkapkan.
Jika dilihat dalam pemikiran Gorgias ini maka, ketiga pandangan ini sungguh jelas berseberangan dengan Parmenides. Gorgias sangat konsekuen dengan apa yang dia pikirkan, bahwa tidak ada sesuatupun, maka dia harus menerima konsekuen itu dengan cara yang tragis. Mengapa pandangan Gorgias sangat berlawanan dengan Parmenides, karena dia sendiri telah menyatakan pandangannya itu dengan sesuatu yang tidak ada, sedangkan Parmenides mengatakan segala sesuatu itu selalu berubah.
Dengan demikian Gorgias sendiri bisa dikatakan tidak ada, dan keberadaannya bersifat sangat relatif belaka. Gorgias juga menulis beberapa buku.  Gorgias menulis sebuah buku berjudul "Tentang yang Tidak Ada atau Tentang Alam" (On Not Being or On Nature)[4]. Selain itu, ia juga menulis beberapa buku tentang retorika, yang mana hanya beberapa fragmen yang masih tersimpan.
Setelah Gorgias mengarang karya "Tentang yang Tidak Ada atau tentang Alam", ia meninggalkan filsafat dan menekuni retorika. Menurut Gorgias, ia tidak mengajarkan suatu nilai tertentu. Setiap manusia memiliki pandangan tentang nilai secara berbeda. Misalnya, apa yang dianggap bernilai oleh laki-laki, dapat dianggap tidak bernilai bagi perempuan Karena itu, amatlah penting bagi seorang orator untuk dapat meyakinkan orang lain tentang suatu hal, sehingga orang lain mengikuti pendapat orator tersebut. Dengan demikian, retorika adalah seni untuk meyakinkan orang lain. Hal itu didukung dengan gaya bahasa tertentu, serta pentingnya mengemukakan alasan-alasan yang tidak hanya menyentuh akal budi, tetapi juga hati pendengarnya[5].
Selain itu dalam perjalannya Gorgias juga memiliki berapa murid. Seorang muridnya itu bernama Isokrates. Isokrates adalah seorang orator ternama[6].  Isokrates adalah seorang orator ternama. Di kemudian hari, ia membuka suatu sekolah ilmu retorika di Athena yang menjadi saingan berat dari Akademia Plato. Gorgias merupakan seorang filsuf yang mengajarkan pemikirannya dan mempunyai murid juga sama seperti yang lain. Gorgias meninggal dunia sekitar  tahun 375 SM pada usia 108 tahun.[7]

3.    Hippias
Hippas merupakan teman Sokrates dan berasal dari kota Elis. Ia memiliki jasa yang besar dalam ilmu ukur. Ajarannya mengungkapkan tentang tingkah laku manusia dan susunan masyarakat harus berdasarkan nomas (asat, kebiasaan, Undang-undang) atau harus berdasarkan physis (kodrat) ia beranggapan bahwa kodrat menjadi dasar kehidupan manusia. Ia beranggapan karena banyak undang-undang yang berkali-kali mengalami perubahan. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa bukan undang-undang yang menentukan norma terakhir untuk menentukan yang baik dan yang jahat. Apalagi undang-undang mengkotak-kotakkan manusia seperti penguasa, bawahan, budak dsb. Padahal menurut kodratnya manusia adalah sama derajatnya. 

4.    Prodikos
4.1.Riwayat Hidup
Prodikos berasal dari pulau Keos yang terletak di laut Aegea. Ia hidup di sekitar abad ke-5 SM, dan mulai dikenal pada tahun 430 SM. Diketahui bahwa ia berusia lebih muda dari Protagoras. Ia pernah mendapatkan murid yang dikirim oleh Sokrates, sehingga dapat disimpulkan bahwa ia berhubungan baik dengan Sokrates.
Prodikos adalah seorang pengajar dalam bidang etika serta mengenai persoalan-persoalan publik lain. Ia juga menjalankan tugas sebagai duta dari Athena. Prodikos juga dikenal memberikan pengajaran tentang retorika dan juga teknik orasi kepada banyak pemuda kaya sehingga ia mendapat bayaran yang tinggi. Karena pandangan filsafatnya yang menolak agama Yunani, Prodikos harus berurusan dengan pemerintah setempat di Athena.

4.2.Pemikiran Prodikos
a.      Pesimisme
Prodikos menganut pandangan hidup yang pesimistis. Kematian dipandangnya sebagai jalan untuk melepaskan diri dari kesusahan hidup manusia. Ketakutan terhadap kematian itu bertentangan dengan akal sehat manusia.

b.      Agama
Menurut Prodikos, agama merupakan temuan manusia. Pada awalnya manusia memuja tenaga-tenaga alam sebagai dewa, misalnya matahari, bulan, sungai, danau, pohon, dan sebagainya. Contohnya adalah pemujaan kepada sungai Nil di Mesir. Pada tahap berikutnya, orang-orang yang menemukan keahlian tertentu dipuja sebagai dewa. Keahlian-keahlian tersebut misalnya pertanian, perkebunan anggur, dan pengolahan besi. Contoh dari tahap ini adalah para dewa Yunani seperti Demeter, Dionysos, dan Hephaistos, yang semuanya dikaitkan dengan keahlian-keahlian tertentu. Doa-doa yang dipanjatkan manusia dipandangnya sebagai tindakan berlebihan.

c.       Linguistik
Prodikos terkenal dalam pemikiran linguistiknya. Ia amat menekankan ketepatan pengertian kata-kata, bahkan terhadap kata-kata yang bersinonim. Misalnya saja, ia berargumentasi bahwa kata "kesenangan" (pleasure) dan "kenikmatan" (enjoyment") memiliki perbedaan makna, kendati keduanya bersinonim.

d.      Etika
Prodikos menulis sebuah mitos mengenai pilihan yang dilakukan Herkules. Di dalam mitos tersebut Prodikos memperingatkan para pemuda terhadap kehidupan yang hanya menginginkan kesenangan belaka, seperti pesta pora, mabuk-mabukan, seks, dan lain-lain. Para pemuda dianjurkan untuk mengikuti Herkules yang berjuang keras di tengah kesulitan-kesulitan hidupnya. Bagi Prodikos, nilai-nilai lebih berharga dari kesenangan sebab memberikan kepuasan atas kehidupan di dalam waktu yang lebih panjang.Sebagai contoh, Prodikos menyebut reputasi yang baik dan persahabatan sebagai hasil dari memperjuangkan nilai-nilai.

5.    Kritias
5.1.Riwayat singkat
Kritias berasal dari Athena. Ia memainkan perananan yang penting dalam politik kota itu.

5.2 Persoalan pokok
Ia beranggapan bahwa agama ditemukan oleh penguasa-penguasa negara yang licik. Kebanyakan pelanggaran dapat diadili dengan hukum. Tetepi selalu ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan secara tersembunyi dan tidak diketahui oleh umum. Dari sebab itu penguasa-penguasa menemukan dewa-dewa supaya orang percaya bahwa mereka akan membalas juga pelanggaran-pelanggaran tersembunyi[8].

5.3 Keprihatinan
 Kalau ia beranggapan bahwa agama-agama ditemukan oleh penguasa-pengusa negara yang licik, anggapan ini tidak jauh berbeda dengan Prodikos yang memandang agama sebagai temuan manusia. Konsekuensinya: Kritias menganggap agama sebagai yang relatif; karena relatif, maka tidak ada nilai tertinggi.

5.4 Tanggapan
 Kalau Kritias disebut sebagai yang memainkan peranan penting dalam politik di kota Athena, maka tanggapan logisnya adalah: yang ia ajarkan tidak bertentangan dengan politik negara, Atau dengan lain kata, Ia tidak menyulitkan para pengusa negara yang hendak mendidik masyarakat untuk tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran, sekali pun pelanggaran-pelanggaran yang tidak diketahui oleh umum, yaitu mengenalkan bahwa dewa-dewa akan membalas pelanggaran-pelanggaran tersembunyi. Dengan demikian, Kritias telah membawa perubahan dan pengaruh dalam kehidupan zamannya.

5.5 Pokok-pokok pemikiran
 Agama ditemukan oleh penguasa-penguasa negara.












Daftar Pustaka

K. Bertens.
1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Mulyanto,CB.,
    Diktat Filsafat yunani, universitas Sanata Dharma, Fakultas Teologi


Sumber internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Gorgias#Pengaruh diakses pada tanggal 27 Oktober 2012




[3] CB. Mulyono, Filsafat yunani,Yogyakarta, 40
[4] K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.  72-73.
[5] K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. 72-73.
[6] K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. 72-73.
[8] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Kanisius, Yogyakarta 1994, 76.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar